HOME > 手紙を読む > サイドゥルカルナイン・イスハク

14-Mar-2012 kepada Jepang dari Saidulkarnain

アッサラームアライクム ワラハマトゥッラーヒ ワバラカートゥフ。
日本の東北のみなさん、こんにちは。みなさんに健康と神のご加護がありますように。

私はアチェ州のサイドゥルカルナイン・イスハクです。東北を襲った地震と津波の被災者であるみなさんに心からお見舞い申しあげます。私たちも2004年12月26日にアチェを襲ったスマトラ沖地震による大津波によって多くの犠牲者を出しました。
だから私たちは遠く離れていてもみなさんの思いがよく分かります。心はいつもそばにいます。私もアチェで起きたこの津波で最愛の2人の子供、娘のマウリダと息子のトゥリ・マウリディンを亡くしました。そのときマウリダは14歳で中学2年生、トゥリ・マウリディンは9歳で小学4年生でした。
日曜日の朝に起きたその津波は想像をはるかに越える大きさでした。海の波がアチェの海岸から数キロも内陸まで上ってくるなどと誰が想像していたことでしょう。20万人もの人がこの天災で亡くなったり行方不明になったりしました。私の2人の子供と15人の親戚もこの中に含まれていたのです。また何百もの家やビルが津波に襲われて倒壊しました。

このアチェで起きた災害からもう7年以上の月日が過ぎました。しかし、人類の歴史において最もひどかった出来事を忘れることはできないでしょう。家族が犠牲になった人たちにとってはなおさらのことです。とはいえ、いつまでも苦しくて深い悲しみが続いたわけではありません。やがて絶望の淵から持ち直し、ときどきその出来事を思い出す程度になっていきました。
そんな中、私たち家族はいつもアチェの津波で被災したすべての人々のために祈ってきました。どうか、神の力が与えられて再び立ち上がれますように、いつまでも悲しみに沈み込みませんようにと。おかげさまで今では、全般的にアチェの人々も立ち直ってきました。2004年12月26日に起きたあの震災を、ときどきどうしても思い出してしまうけれど、家族たちとの普段の生活を取り戻し始めています。

そして、津波から無事助かったものの、家を破壊してゆく大波がどんなに恐ろしいかを味わった私と妻のスルマ、息子(長男)のムハンマド・イクバルは、同じく津波の被災者になられた日本の東北のみなさんが、この大災害に直面してもくじけず、試練に耐えられますようにと神にお願いして祈っています。人としてできること、津波のような天災が起こらぬことと人々の安全とを、ただただ祈るばかりです。
  私たちは、アチェの津波で最愛の子供を失った親として、東北の津波に見舞われた子供たちが早く悲しみから立ち直ることを切に願っています。立ち直るためには、この地上にあるすべての生き物はいつかは創造主である神のもとへ戻るのだと信じながら、あの恐かった出来事を、むずかしいことだけど、なるべく忘れるようにすることだと思います。この地上に永遠に生き続けるものは一つもありません。すべてが移ろいやすく、はかないものなのです。

だから東北のみなさん、私たち同じ津波の被災者同士で、国を越えて親交を温めませんか。私たち家族も東北のみなさんとの友好の絆を心から深めたいと思っています。そして、もし機会ができましたら、東北からアチェにいらっしゃいませんか。私たちは、みなさんの訪問をいつでも歓迎します。
最愛の2人の子供を失った私たちは、アチェと東北との間で固く結ばれる友情の絆の中で、私たちの悲しみが分かちあえるのではと期待しています。全能の神がわれわれの願いを叶えてくださりますよう、そしていつか同じ津波の被災者としての友情が実を結び会える日がきますように。
2012年3月14日 バンダアチェにて

 

友情を込めて、サイドゥルカルナイン・イスハク(元アンタラ通信社アチェ支局長)

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Salam sejahtera buat saudaraku di Fukushima (*Tsunami melanda Tohoku meliputi wilayah Iwate, Miyagi dan Fukushima). Semoga sehat dan selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Kuasa.

 

Saya (Saidulkarnain Ishak) bersama keluarga dari Provinsi Aceh menyampaikan salam sejahtera dan bahagia bagi saudaraku yang menjadi korban bencana alam tsunami di Fukushima, Jepang. Sebagai awal perkenalan saya, sambutlah salam persaudaraan dari keluarga kami di Provinsi Aceh yang juga menjadi korban bencana alam gempa bumi dan tsunami pada 26 Desember 2004.
Wahai saudaraku yang jauh di mata dekat di hati, saat terjadi tsunami di Aceh tersebut saya kehilangan dua orang putra-putri tercinta, yaitu Maulida (perempuan) ketika itu berusia sekitar 14 tahun (Maulida lahir pada 10 Desember 1990), bersekolah pada kelas II SMP dan Try Maulidin (laki-laki) ketika itu berusia 9 tahun (Try Maulidin lahir pada 22 Agustus 1995) kelas IV SD.
Tsunami yang terjadi Minggu pagi itu, sesungguhnya di luar dugaan. Tidak ada yang menyangka gelombang laut menghempas hingga beberapa kilometer ke daratan Aceh. Sekitar 200 ribu jiwa manusia meninggal dunia dan hilang dalam musibah tersebut, termasuk dua anak kami dan sekitar 15 orang kerabat kami. Selain itu juga ratusan bangunan rumah dan gedung hancur diterjang gelombang laut.

 

Saudaraku, bencana yang terjadi di Aceh sudah berlalu. Namun, peristiwa terdahsyat dalam sejarah anak manusia itu sulit dilupakan, apalagi bagi mereka yang keluarganya menjadi korban. Kepedihan hebat berlangsung tidak terlalu lama, empat-lima bulan. Sekali-sekali, teringat peristiwa itu.
Kami bersama keluarga selalu berdoa bagi korban, semoga semua korban bencana alam tsunami di Aceh diberi kekuatan untuk bangkit kembali, dan tidak larut dalam kesedihan.
Alhamdulillah, kini masyarakat Aceh secara keseluruhan sudah bangkit kembali. Mereka mulai menata hidup bersama keluarganya, meski sekali-sekali tetap teringat akan persitiwa yang terjadi pada 26 Desember 2004 itu.

 

Saya bersama istri Sulma dan Muhammad Iqbal (putra sulung) yang selamat dan merasakan dahsyatnya gelombang laut menghancurkan bangunan rumah saat bencana alam tsunami terjadi, berdoa dan memohon kepada Allah SWT agar saudara kami di Fukushima, Jepang yang juga menjadi korban bencana tsunami tabah dan sabar menghadapi musibah itu. Kita sebagai manusia hanya mampu berusaha dan berdoa bagi keselamatan dan dijauhkan dari malapetaka seperti bencana alama tsunami.
Sebagai orangtua yang juga kehilangan buah hati dalam tsunami di Aceh, kami mengharapkan anak-anak yang ditimpa musibah tsunami di Fukushima, cepat bangkit dari kesedihan. Kiat untuk bangkit bisa dilakukan melalui upaya melupakan kejadian itu (meski itu sulit), seraya meyakini bahwa semua yang mahluk ada di bumi ini akan kembali kepada penciptaNya. Tidak ada satu pun benda di bumi ini yang hidup abadi selamanya, semua akan fana.

 

Oleh karena itu, sanak-anakku dan saudara-saudaraku, kami bersama keluarga mengajak saudaraku di Fukushima menjalin silaturrahmi antarkorban tsunami antarnegara. Saya bersama keluarga berkenan menyambut dengan tangan terbuka tali silaturrahmi dari saudaraku di Fukushima. Jika dimungkinkan, kami siap menyambut kedatangan saudaraku dari Fukushima ke Aceh.
Kami bersama keluarga yang kehilangan dua buah hati tercinta mengharapkan kisah sedih kita bagi bersama dalam ikatan persaudaraan yang terjalin erat antara kami dari Aceh dan saudaraku di Fukushima, Jepang. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa berkenan mengabulkan doa kami dan suatu saat nanti kami dipertemukan, sebagai wujud persaudaraan sesame korban tsunami.
Banda Aceh, 14 Maret 2012

Salam persaudaraan dari kami, Saidulkarnain Ishak (mantan Kepala Biro ANTARA Provinsi Aceh).