HOME > surat harapan > Saidulkarnain Ishak

14-Mar-2012 kepada Jepang dari Saidulkarnain

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Salam sejahtera buat saudaraku di Fukushima
(*Tsunami melanda Tohoku meliputi wilayah Iwate,Miyagi dan Fukushima).
Semoga sehat dan selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Saya (Saidulkarnain Ishak) bersama keluarga dari Provinsi Aceh menyampaikan salam sejahtera
dan bahagia bagi saudaraku yang menjadi korban bencana alam tsunami di Fukushima, Jepang.
Sebagai awal perkenalan saya, sambutlah salam persaudaraan dari keluarga kami di Provinsi Aceh
yang juga menjadi korban bencana alam gempa bumi dan tsunami pada 26 Desember 2004.
Wahai saudaraku yang jauh di mata dekat di hati,
saat terjadi tsunami di Aceh tersebut saya kehilangan dua orang putra-putri tercinta,
yaitu Maulida (perempuan) ketika itu berusia sekitar 14 tahun (Maulida lahir pada 10 Desember 1990),
bersekolah pada kelas II SMP dan Try Maulidin (laki-laki) ketika itu berusia
9 tahun (Try Maulidin lahir pada 22 Agustus 1995) kelas IV SD.
Tsunami yang terjadi Minggu pagi itu, sesungguhnya di luar dugaan.
Tidak ada yang menyangka gelombang laut menghempas hingga beberapa kilometer ke daratan Aceh.
Sekitar 200 ribu jiwa manusia meninggal dunia dan hilang dalam musibah tersebut,
termasuk dua anak kami dan sekitar 15 orang kerabat kami.
Selain itu juga ratusan bangunan rumah dan gedung hancur diterjang gelombang laut.

Saudaraku, bencana yang terjadi di Aceh sudah berlalu.
Namun, peristiwa terdahsyat dalam sejarah anak manusia itu sulit dilupakan,
apalagi bagi mereka yang keluarganya menjadi korban.
Kepedihan hebat berlangsung tidak terlalu lama, empat-lima bulan.
Sekali-sekali, teringat peristiwa itu.
Kami bersama keluarga selalu berdoa bagi korban,
semoga semua korban bencana alam tsunami di Aceh diberi kekuatan untuk bangkit kembali,
dan tidak larut dalam kesedihan.
Alhamdulillah, kini masyarakat Aceh secara keseluruhan sudah bangkit kembali.
Mereka mulai menata hidup bersama keluarganya,
meski sekali-sekali tetap teringat akan persitiwa yang terjadi pada 26 Desember 2004 itu.

Saya bersama istri Sulma dan Muhammad Iqbal (putra sulung) yang selamat
dan merasakan dahsyatnya gelombang laut menghancurkan bangunan rumah saat bencana alam tsunami terjadi,
berdoa dan memohon kepada Allah SWT agar saudara kami di Fukushima, Jepang
yang juga menjadi korban bencana tsunami tabah dan sabar menghadapi musibah itu.
Kita sebagai manusia hanya mampu berusaha dan berdoa bagi keselamatan
dan dijauhkan dari malapetaka seperti bencana alama tsunami.
Sebagai orangtua yang juga kehilangan buah hati dalam tsunami di Aceh,
kami mengharapkan anak-anak yang ditimpa musibah tsunami di Fukushima, cepat bangkit dari kesedihan.
Kiat untuk bangkit bisa dilakukan melalui upaya melupakan kejadian itu (meski itu sulit),
seraya meyakini bahwa semua yang mahluk ada di bumi ini akan kembali kepada penciptaNya.
Tidak ada satu pun benda di bumi ini yang hidup abadi selamanya, semua akan fana.

Oleh karena itu, sanak-anakku dan saudara-saudaraku,
kami bersama keluarga mengajak saudaraku di Fukushima menjalin silaturrahmi antarkorban tsunami antarnegara.
Saya bersama keluarga berkenan menyambut dengan tangan terbuka tali silaturrahmi dari saudaraku di Fukushima.
Jika dimungkinkan, kami siap menyambut kedatangan saudaraku dari Fukushima ke Aceh.
Kami bersama keluarga yang kehilangan dua buah hati tercinta mengharapkan kisah sedih kita
bagi bersama dalam ikatan persaudaraan yang terjalin erat antara kami dari Aceh dan saudaraku di Fukushima, Jepang.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa berkenan mengabulkan doa kami dan suatu saat nanti kami dipertemukan,
sebagai wujud persaudaraan sesame korban tsunami.
Banda Aceh, 14 Maret 2012

 

Salam persaudaraan dari kami, Saidulkarnain Ishak (mantan Kepala Biro ANTARA Provinsi Aceh).